Latihan : both views

Some people think that professional athletes make good role models for young people, while others believe they do not.  

Discuss both views and give your own opinion.

Becoming professional athletes is believed by majority of people aged 15 – 30 as good role models while some people do not think as they are. While being healthy, active, and energetic as professional athletes could be good role models of young people, I believe that it has the disadvantages that influence the young people personalities.

Professional athletes contribute to young generation’s development. By doing sport, it will motivate boys and girls to do same activities because they admire characters in professional athletes such as team work, goal setting, discipline, and the reality of dealing with success or failure. These personalities make young people understand the importance of training regularly to achieve a goal in their lives. For example, Jakarta has more than 6 running communities that become popular since 2013. These communities have 1 – 2 trainers setting a running plan for their members. As a result, young people will be more healthy, active, and energetic like professional athletes whome they admire. However, professional athletes also a dark side.

Some professional athletes have problems on their personality and mentality. They use drugs for getting self-confidence to reach their higher goals. It is also influenced by high pressure at training program because they think that drugs help to boost their performance. To illustrate, 12 Indonesian athletes use drugs in 2017. They use the drugs before facing sport competition. This leads to bad examples for young people.

To conclude, although professional athletes have great influences to young people become more healthy. It also has bad impacts of deciding professional athletes as role model, so that it is suggested to young people know how to choose someone as a good role model.

(278 words) – band 6 – Putri Nidyaningsih

Notes :

  • missing the idea of young people (body 2)

Latihan : both views

The government gives a lot of support to artists, eventhough some people think it is a waste of money that could have been used elsewhere.

Discuss both views and gives your opinion.

Allocating money to arts development is more valued by the government because it helps increase economy. On the other hand, some argue that financial support to artists is wasteful as several other sectors need to be funded. The immense benefit of allocating money to the arts development is that it can help protect the cultural heritage of the country, while support other sectors might develop human resources to become agent of change in the country.

Arts help increase country’s income through develop traditional arts as the identity of a nation. Creating events, movies, or artworks will affect the popularity of traditional arts, because International people will be interested in visiting a country. Economic impact of allocating money tends to increase the income significantly. To illustrate, micro business of limestone craft and arts event in Bali contribute to Indonesia’s income at 40% of arts and tourism sector. However, I think that this sector does not enough to achieve higher improvement so that it needs to focus on other sectors.

Giving a financial support to other sectors such as education is meaningful for sustainable development in a country than funding money to artist. The investment in this sector will receive more advantages because education help people to be open minded, understand how to communicate effectively and aware of social issues in the country. Therefore, the society are ready to face the problems, and to solve the problems. In addition, education also helps increase econominc growth. For instance, World Bank claims that the value of human capital increases at 62% globally as the crucial impact of education. I believe this sector is prefereable because education is the most important sector to build people’s capacity and to increase economic growth.

To conclude, eventhough allocating money to the arts development could increase the income and protect the cultural heritages. It will not enough effective so that it is more important to focus on other sectors specifically education. This recommendation gives the crucial benefit that are open minded, good communication, and high awareness of social issues.

(340 words) – band 6 – Putri Nidyaningsih

Latihan : both views

Some people prefer to spend their lives doing the same things and avoiding change. Other, however think that change is always good thing.

Discuss both views and give your opinion.

Some would argue that deciding to do the same activities and avoid the change is better for people who would be a subject specialist, while others believe that trying to do different activities has advantages, as it raises new skills. While doing the same activities supports their previous skills.

Doing some activities provides and easy way to really understand one subject. People could find thei weakness, and they could repair it. More and more, they would be an expert. To illustrate, Thomas Alva Edison concerned on his experiments. He often failed, but he always tried to understand what was wrong of the experiments, and what was the weakness on this theory. And then he repaired it. As a result, he found an electric light bulb in early 1800s after 9998 experiments. However, people who have become a subject specialist tend to become selfish and they are not interested in learn something new to support their previous skills.

People, who are excited to do different activities, have opportunity to understand a new skills. It helps people to upgrade their skills. If they try to learn different skills, they would be a multi-talented person. For instance, Dian Sastrowardoyo, who is Indonesian artist, feel challenging to sing and dance as it support s her acting skills. I think that it is the best way to increase their experience as it helps people to achieve the target on their lives.

In conclusion, eventhough doing the same activities makes people easier to be a subject specialist. It also makes them become selfish and avoid learning new skills that might support their previous skills as the bad impacts of doing the same things. It is recommended to people to know how to develop their personal wisely.

(320 words) – band 6 – Putri Nidyaningsih

Simbah, panutanku dalam merantau

IMG_4248.JPG

Sewaktu kecil, saya paling gembira setiap kali Simbah ke Jakarta. Bagaimana gak gembira loh Simbah ini jauh banget merantaunya. Mbah Ngadinah, wanita yang memakai kerudung hitam dalam foto di atas dan suaminya Mbah Sukimin merantau bekerja dan tinggal di New Caledonia. Nih kalau dilihat di google maps, terlihat pulau kecil yang terletak dekat negara Australia.

newcaledonia.jpg

New Caledonia merupakan kepulauan seluas 18,575 kilometer persegi di Samudera Pasifik yang ditemukan oleh penjelajah James Cook pada 4 September 1774 ketika melakukan perjalanan keduanya di kawasan Pasifik. Ia menamakan wilayah ini New Caledonia karena teringat tanah kelahirannya, Skotlandia.

Berdasarkan cerita Simbah, disana bahasa yang digunakan bahasa perancis. Loh kok bisa? Setelah saya tanya Om Google, dulu nih di bawah pemerintahan Napoleon III, Prancis mengambil alih Kaledonia Baru secara resmi pada 24 September 1853 dan membangun Port de France (Noumea) yang sekarang menjadi ibu kota pada 25 Juni 1854. Wah pantes aja Simbah jago bahasa perancis.

Mbah Ngadinah dan Mbah Sukimin merantau kesana untuk memenuhi kebutuhan. Yah singkatnya, tuntutan ekonomi. Mbah Ngadinah ini, bibi atau tantenya Ibu saya (Mbah Ngadinah ini kakaknya Ibunya Ibu saya). Simbah gak punya anak, tapi sayang banget sama ponakan-ponakannya. Salah satu ponakan yang dekat dengannya adalah ibu saya. Dulu sebelum Simbah merantau ke Kaledonia, Simbah tinggal di Jakarta dengan ibu saya. Tak tau persisnya tahun berapa Simbah merantau kesana bersama suaminya. Seingat saya sih, pas SD Simbah sudah disana. Simbah disana sebagai ART (asisten rumah tangga) dan sering masak kue gitu terus dijual. Setiap berapa tahun sekali, Simbah pulang ke Jakarta. Rasanya gembira sekali dapat oleh-oleh sepatu, cokelat, susu, dan baju dari Simbah. Cokelat segede-gede gaban yang ga ada di Indonesia, itulah kesukaan saya. Sekarang Simbah tinggal di Kebumen, menikmati hari tua dan uang pensiunnya. Loh ART disana dapat pensiun, dikirim ke Indonesia pula.

Oya nih, salah satu saya bisa terus sekolah sampai perguruan tinggi karena disupport dana oleh Simbah. Ibu saya selalu menceritakan bahwa saya bisa sekolah karena Simbah. Simbah selalu wanti-wanti ke ibu saya untuk memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anak. Jadi, ibu cerita juga agar saya tidak lupa perjuangan dan pengorbanan Simbah. Ada ada andil besar Simbah dalam hidup saya.

Mengapa saya merantau?

Banyak sekali yang bertanya pada saya, “kamu ngapain sih kerja jauh-jauh, Put? di Jakarta pekerjaan banyak kok.”

Kalau mau disambung-sambung-in, mungkin kenekatan saya merantau kemana-mana karena Simbah. Tapi kalau gak disambung-in pun saya emang termotivasi merantau karena Simbah. “Mbah aja bisa kerja di luar negeri, bertahan hidup disana”.

Pernah dalam benak terlintas, ingin jadi TKI mengikuti jejak Simbah. “ah kerja apa aja kali yah, jadi pelayan kah ART kah gpp lah”. hehee tapi belum kesampaian sih dan belum begitu besar nyalinya. Gak usah lah nyali kerja di luar negeri, nyali apply beasiswa keluar negeri aja masih sekecil upil karena modal kemampuan bahasa belum mumpuni.

Segitu dulu ya ceritanya, sampai jumpa di perantauan berikutnya!

Saling Menolong!

Hari itu, saya berencana ambil tas 70L saya di kargo Garuda, di Bandara. Tapi dapat kabar Bude yang tinggal di Bekasi masuk rumah sakit. Ibu meminta saya menemaninya ke RS Mitra Keluarga Bekasi Timur. Saya pun mengiyakan menemani Ibu dahulu, setelah itu ke Bandara.

Saya dan Ibu pergi dari rumah naik goCar sampai stasiun manggarai. Dari stasiun manggarai, kami naik commuter line yang menuju Bekasi. Sesampainya di Bekasi, kami naik goCar lagi ke RS Mitra Keluarga Bekasi Timur.

Sebenarnya Ibu tidak tahu Bude dirawat di kamar apa dan no berapa. Ibu bertanya ke bagian informasi. Yes! Dapat.. kami pun langsung naik ke kamar rawat Bude.

Jam menjenguk yaitu 10.00-12.00 WIB. Setelah melihat kondisi Bude dan berbincang-bincang, kami pulang.

Kami pulang pukul 12.30 dari RS, sampai di rumah pukul 13.50 lalu segera saya sholat & bergegas ke Bandara.

Dari rumah ke Damri di St Gambir, saya naik Gojek. Lalu sambung naik Damri ke Bandara.

Ketar ketir khawatir dalam hati. “Duh keburu gak yah”. Kakak saya bilang, tutup jam 5 sore. Tapi pas di Sentani, kargo hanya buka dari pukul 08.00-14.00 WIT.

Ngomong-ngomong, saya sendiri belum tau lokasi kargo garuda di bandara di sebelah mana. Bermodal tanya orang saja lah, dan niat mencoba.

Diturunkan lah saya si tengah jalan, Bapak kondektur Damri bilang,”disana kargonya. Coba tanya saja”.

Menyebranglah saya ke parkiran motor. Bertanya sana sini. Ada yang bilang,”tutupnya jam 5 neng”. Pas saya lihat jam, menunjukkan jam 5 sore. Waduh gimana nih? Khawatir dan ragu. Tapi hati bilang “coba saja. Kalau tutup ya coba besok”.

Berjalanlah saya ke arah kargo garuda. Ternyata jauh banget. Tanya satpam sana sini, diarahkan lah saya ke kargo garuda. Satpam yg satu bilang,”punya dokumennya ga? Punya kitas ga?”. Saya jawab saja dengan berani (karena benar),”gak punya Pak. Saya cuma ada surat tanda pengiriman saja. Gimana cara urus dokumennya?”

Saya ikuti semua alur nya. Semua arahannya. Hingga saya sampai di pintu pagar kargo. Sebelum masuk ke wilayah tersebut, saya harus dicek dulu seperti saya mau masuk bandara. Pengamanan ketat.

Oke, masuklah saya ke gudang kargo garuda. Ternyata masih boleh, masih dibuka, dan masih dilayani dengan sangat baik. Saya diantar ke loket untuk membayar pembuatan dokumen pengambilan.

Tuh kan, coba aja dulu. Kalau gak coba gak tau kan. Cobalah semaksimal mungkin, pasti ada jalannya.

Setelah itu, saya menunggu dan barang saya pun diantar keluar. “Betul ini barangnya Mba” tanya petugas. “Silahkan dicek, ada yang kurang gak?” Tambah petugas.

Saya melihat dan memeriksa,”sudah benar Pak. Terima kasih”.

Setelah itu, ku bingung. Naik apa ini. Wilayah ini kan ga sembarangan bisa masuk. Gak ada taksi, gak ada gojek.

Seorang petugas bertanya,”naik apa Mbak kesini?”. “Naik damri tadi pak lalu jalan kaki kesini. Rencana naik gojek aja”,jawabku memelas.

Duh karena jauh, gak ada mobil masuk kesini. Jadilah dikasih opsi “mbak pesan gojeknya di Masjid aja, dekat Masjid bandara. Disini gak bisa masuk.”

Seorang petugas menyuruh temannya untuk mengantar saya,”anterin nih sampe depan”. Mas tersebut gak banyak bicara dan gak mengeluh, langsung bergerak,”biar saya antar Mba.” Dia membawa tas-tas saya pakai trolly karena memang berat sekali tasnya.

Pertolongan Tuhan begitu nyata. Dimanapun ku pergi, ku yakin Tuhan akan melindungi dan menolongku lewat orang-orang baik ini.

Eh ketemu lagi! Apakah ini kebetulan?

Pernah terkejut karena gak nyangka akan ketemu orang itu lagi?

Bertemu 2 bapak-bapak

Ketika itu libur natal menjelang tahun baru. Saya makan malam di warung tenda ayam lalapan langganan saya. Letaknya tidak jauh dari kosan. Hanya beberapa langkah berjalan kaki.

Pesanlah saya. Mas penjual sudah tahu dan hapal pesanan saya. “Nasi setengah, ayam paha, pedas sekali ya?”, ucap Mas penjual. Tersenyum saya mengiyakan. Duduklah saya sendiri. Tak lama ada 2 orang bapak-bapak. Seorang bapak duduk di depan saya, seorang lagi duduk di samping kiri saya.

Jedar jedor! Suara mercon petasan. “Duh! Sebel banget suara petasan”, celetuk saya. Bapak yang duduk di depan saya bertanya,”kenapa dek?”. Percakapan pun dimulai.

🙍🏻 : Saya gak suka petasan, takut Pak.

🙍🏽‍♂️ : Kalau disini mah dari sebelum natal sampai tahun baru bakal rame seperti ini. Dari mana Dek?

🙍🏻 : Jakarta Pak. Bapak darimana?

🙎🏻‍♂️ : Saya dari Jawa.

🙍🏻 : Wah, sudah berapa tahun disini Pak? Betah?

🙎🏻‍♂️ : Ya betah ga betah Dek. Kami sudah 5 tahun. Keluarga di Jawa. Kasian kalau dibawa kesini, susah pendidikan dan kesehatan. Saya disini sudah berapa kali kena malaria. Sudah kena malaria belum?

🙍🏻 : Belum, jangan sampai kena deh Pak. Saya doanya sehat selalu. Jauh dari keluarga jadi harus sehat Pak. Semoga ya ga pernah kena malaria. Alhamdulillah sih sudah setahun ga kena malaria. Semoga seterusnya sehat. Amin

🙎🏾‍♂️: Iya dek, jangan sampai sakit. Yang penting makannya yang bener. Jangan sampai telat makan. Pokoknya makan.

Makanan pun datang. Kami pun langsung menyantap hidangan masing-masing. Percakapan pun selesai.

Tiba-tiba bertemu lagi

Saya makan di tempat ayam lalapan langganan saya lagi.

“Loh?? Loh?? Bapak.. ketemu lagi. Kayak dejavu” hahahaa

Kami pun tertawa heran. Bedanya mereka yang lebih dulu datang dan duduk. Meja dan posisi duduknya pun sama.

🙍🏻: eh ketemu lagi. Apa kabarnya Pak?

🙎🏻‍♂️ : Baik Dek. Liburan ga pulang?

🙍🏻 : Engga Pak, tiket mahal banget.

Bla bla bla kami pun kembali berbincang-bincang sambil makan. Lalu kedua bapak tersebut pamit duluan.

“Kami duluan ya.”, ucap mereka berdua. “Iya Pak”, saya membalas.

Kedua bapak tersebut telah meninggalkan saya, tapi saya asik main hape. Selang beberapa menit saya baru beranjak dan akan membayar.

“Sudah Mas, berapa?”, saya bersiap membayar, mengeluarkan dompet.

“Gak usah, sudah dibayar”, jawab seorang Mas Penjual. Seorang lagi menambahkan “Iya, sudah dibayar”.

Saya kaget melongok 😱 “apa? Sudah dibayar? Beneran nih?”

Mereka kompak menjawab “bener Mba”.

Oke baiklah, alhamdulillah. Terima kasih. Dan Kedua mas penjual tersenyum.

Apakah kebetulan?

Sore ini, Sabtu 13 Jan 2018 saya naik angkot (kalau di Papua bilangnya taksi) dari depan 751 mau ke Saga. Saya mau beli gas.

Saya duduk di belakang supir. Samping saya ibu-ibu berkerudung. Di depan, tepat di samping supir ibu-ibu berkerudung juga yang mana teman dari ibu di samping saya. Angkot belok ke pasar lama. Turunlah kedua ibu-ibu tersebut. Saya pun turun dan pindah ke depan, duduk di samping supir.

Tak berapa lama saya turun di sebrang Saga. “pak saya turun di depan saja, mau ke saga”. Menyebranglah saya dan masuk ke Saga. Saya memilih-milih, berkeliling, dan membeli 2 gas, plastik sampah, potongan buah semangka, melon, dan yogurt. Tanpa lama-lama saya langsung ke kasir untuk membayar. Setelah saya membayar, keluarlah saya dan menunggu angkot.

Tarataaaa angkotpun datang. Eh angkot yang tadi. Bapak supirnya tersenyum heran dan ramah. “Eh ketemu lagi. Hehee naik angkot ini lagi.” Kataku.Ya ampun, kok bisa ketemu lagi?apa kebetulan?

Tidak ada yang kebetulan

Seorang kakak (bukan kandung, tapi sudah saya anggap kakak sendiri) pernah berkata dan mengulas bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua sudah diatur oleh Tuhan. Setiap pertemuan dan perpisahan atas kehendakNya.

Seseorang juga pernah menyampaikan bahwa segala yang terjadi dalam hidup sudah tertulis.

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah” (QS. Al-Hadid 57: Ayat 22)

Dan menambahkan : “Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Yunus 10: Ayat 107)

Nah berati jika tiba-tiba saya bertemu dan ditraktir makan itu atas kehendak Allah. Allah yang memberikan kebaikan kepada sayamelalui orang yang saya temui.

Ya ampun, baik banget Allah sama saya. Memang ALLAH MAHA BAIK.

Jadi, apa masih mikir ini kebetulan Put?Tentu tidakkan.. 😘

MERZYTA : WANITA ENERJIK, SELALU MENGINSPIRASI

Dari wanita karir yang super aktif menjadi ibu rumah tangga yang full time di rumah.

Beberapa tahun lalu, saya lupa tepatnya tahun berapa. Ketika itu saya masih kuliah di Bogor, di jurusan Manajemen Hutan disingkat MNH. Bagaimana ceritanya, saya kenal dengan seorang senior bernama Merzyta Septiyani. Kami berbeda jurusan. Dia adalah mahasiswi KSHE (Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata). Saya diam-diam mengidolakannya.

Ada rasa segan dan takut. Biasanya senior perempuan di Fak Kehutanan terkenal galak-galak. Mungkin Kak Ita sapaan akrabnya, termasuk salah satunya. Semakin lama saya mengenalnya, rasa takut semakin berkurang. Dia sosok yang baik, ramah, dan sangat enerjik.

Sumilangeun

Pertama kali saya tahu kata sumilangeun dari Kak Ita, yang berarti sakit nyeri haid pada bagian perut. Hingga sekarang, saya menggunakan kata ini untuk mengungkapkan kondisi saya saat merasakan nyeri hadi.

Selepas lulus kuliah

Cukup lama saya tidak bertemu, juga tidak komunikasi dengannya. Saya tidak tahu dia kerja dimana setelah lulus kuliah. Seluruh nomor telpon teman-teman kampus hilang, saya memang sengaja ganti nomor. Selama setengah tahun saya mendekam di Rumah Yasmin Bogor, membantu dosen saya.

Setelah menyelesaikan tugas di Bogor, saya ke Pare selama 6 bulan lalu kembali ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Dua bulan belum mendapat kerja, saya silaturahim ke Rumah Yasmin. Bapak (dosen saya) menawarkan saya untuk magang (membantunya) di salah satu yayasan yang bergerak di bidang konservasi lingkungan di Jakarta. Saya pun mengiyakan.

Duduklah saya di depan ruangannya dan juga ruangan rapat, tepat dibelakang reseptionist. Tidak sengaja, bertemu Kak Ita. Kami mengobrol singkat, Kak Ita menawarkan saya untuk membantu kegiatannya. Dengan berbekal nekad, saya menerima tawarannya. Di kegiatan tersebut, saya membantu sebagai notulensi bersama-sama dengan Tiela (staf bagian Marine). Setelah itu, saya diterima magang di Bagian Marketing. Jadilah kami sekantor. Yeay bisa sering ketemu senior idola.

Super sibuk

Namanya juga fans kan yah, kalau gak memantau social media idolanya rasanya kurang afdol. Saya rajin memantau instagramnya. Aktivitas pekerjaannya, sering dia posting disana. Terlihat begitu sibuk dan banyak kegiatan. Dari socmed lah saya tahu, sebelum kerja di Jakarta dia sempat bekerja di Malinau. (“Wah keren, dia cewe strong banget kerja di site”, dalam hati). Dia sering melakukan traveling karena pekerjaan. Saya ingat, dia pernah keluar negeri karena pekerjaannya. Dia juga pernah berfoto dengan menggunakan gaun hijau saat acara perayaan kantornya (jauh sebelum saya diterima magang di kantornya). Satu kata untuk dia enerjik.

Selain melakukan perjalanan karena tuntutan pekerjaan, dia juga hobi jalan-jalan. Selain jalan-jalan dia hobi main di air (berenang dan diving). Sepertinya tiap dinas keluar kota dan menginap di hotel, dia selalu membawa pakaian berenang. Yup dia selalu menyempatkan berenang. Bukan hanya itu, saya perhatikan dia juga rajin jogging.

Meski sibuk dan banyak pekerjaan, dia seolah tak pernah kehabisan energi.

Entah darimana energinya dia dapat. Kerja, olahraga, dan hangout with her friends semua berjalan seimbang. Bahkan kamu harus tahu loh, dia itu jagoan naik motor. Waktu kuliah dia sering Jakarta-Bogor naik motor. Jadi, ga heran kalau setiap hari dia ke kantor naik motor. Tahu sendiri kan gimana macetnya Jakarta. (Duh naik motor pulak, kayaknya kalau saya ga sanggup deh). Eits, ada lagi nih yang bikin saya heran, dia sesibuk itu masih mampu ngurus persiapan pernikahannya sendiri. Strong banget kan! Dan hebatnya dia masih keliatan cantik dan happy banget. She looks enjoy her life.

Menikah dan Menjadi Full time mother

Dia yang super sibuk banget dari dulu, akhirnya harus ikhlas menjadi seorang ibu rumah tangga. Two thumbs up buatmu Kak. Saya masih ga kebayang kalau saya jadi dia. Mungkin saya sudah stress karena lebih sering di rumah. Tapi hal itu gak terlihat loh di hidupnya. Dia bisa menjalaninya dengan kuat. Bahkan terlihat bahagia. Dia membagi kehidupan sehari-harinya di social media mulai dari masakan, membesarkan anaknya, nongkrong di kafe, dan aktivitas lainnya.

Nobody said it was easy. Saya tau banget, menikah dan menjadi ibu rumah tangga sangat tidak mudah. Saya melihat kakak (kandung) saya yang kerepotan. Syukurnya Ibu saya masih sehat dan kuat untuk turut membantu kakak saya. Oya, saya ingat nih pernah Kak Ita bilang dan juga teman saya Intan melontarkan kalimat yang sama “Jangan buru-buru nikah put, nikmati aja masa-masa sekarang”.

Inspired

Jujur saya terinspirasi dari 3 orang wanita yang selalu saya pantau instagramnya, yaitu @melanieputria , @merzyta dan @andienaisyah . Tapi disini saya ga akan membahas dua seleb ini ya. Saya mau membahas yang paling saya kenal dan pernah saya ketemui aja ya.

Saya mendapatkan energi darinya. Dia secara ga langsung memberikan pengaruh positif dalam hidup saya. Postingannya selalu bermanfaat, selalu positif, dan sangat menyenangkan. Saya jadi banyak belajar tentang bagaimana seharusnya menjalani hidup dan bagaimana seharusnya menggunakan socmed. Tidak seharusnya saya menyebarkan konten galau.

Postingannya kadang saya capture dan saya simpan buat saya belajar. Menu #mpasikata ga pernah saya lewatkan. Saya selalu baca caption nya sampai selesai. Biasanya hanya like-like foto aja kan ya di instagram, tapi postingan Kak Ita ini saya baca sampai tuntas loh. Walaupun belum punya anak, gak apa apa kan mulai baca-baca dan belajar, biar kelak saya siap pas dikasih.

Main di Taman

Akhir-akhir ini saya perhatikan, dia lagi seneng banget main ke taman. Ngajak main Kata (anaknya) di taman. Anaknya aktif, dan pinter banget. Terus ganteng pulak. Emang ya buah ga jatuh jauh dari pohonnya. Emaknya cantik, anaknya ganteng. Sambil nemenin anaknya main, dia masih sempet-sempet nya loh jogging.

Berbagi cerita hidupnya, berbagi energi positif

Dia juga selalu merekam dan memfoto kegiatan anaknya. Jadi, saya sebagai fans bisa tau kegiatannya. Selain melalui socmed, dia juga berbagi ceritanya blog. Sesibuk itu loh dia masih sempat nulis. Dia juga masih dengan ramah membalas WA dari saya (fans setianya). Saya senang sekali saat tau, dia aktif menulis di blog lagi. Dalam hati berdoa, “terus menulis ya Kak”. Karena itulah, salah satu alasan saya ingin kembali belajar menulis. Jadi pemicu, sekaligus menampar saya “Woy lihat tuh Put, Kak Ita aja yang sudah punya anak masih sempat menulis. Lo mau diam aja dan malah galau? KZL deh”.

Thanks to Kak Ita Sayang

Thanks for everything ya Kak. Terima kasih telah berbagi energi dan menularkan kebaikan kepada saya. Sekian dulu ya cerita saya! Lain kali izin, cerita lagi boleh ya 😘

Drama : Kaskado, Badaki

Apa yang terlihat tak selalu sama. Ceria belum tentu happy. Kadang tawa, kadang air mata. Bersikap ramah tak melulu diterima baik. Kadang dicurigai. Tak jarang dituduh.

Apa kamu pernah dituduh? Yang tidak kamu lakukan? Difitnah?

Awal tahun lalu, awal-awal saya di Papua saya mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Tiba-tiba saya mendapat sms terror. Bunyi smsnya menuduh saya mengganggu suami orang.

Drama pun dimulai. Sakit hati saya.

Tak saya balas sms tersebut. Tak saya gubris. Tapi dia sms lagi dan sms lagi. Saya mulai merasa tidak nyaman. Dalam ketakutan. Takut tiba-tiba ada orang yang datang ke kosan lalu melabrak dan berbuat hal yang berbahaya bagi nyawa saya.

Sudah tidak tahan, saya cerita ke teman kantor. Seorang teman menyarankan untuk membalas sms tersebut. “Maaf suami ibu siapa ya namanya?”. Yang lain juga menyarankan untuk menelpon no tersebut, tapi saat teman saya menelpon eh nomornya tidak aktif.

Lalu, sms saya dibalas olehnya. Saya dimaki-maki lagi. Saya coba telpon lagi. Lagi-lagi sama, setiap kali dia habis sms pasti nomornya tidak aktif. Teman saya coba hubungi nomor tersebut tapi tidak aktif.

Takut pun semakin menjadi. Saya penasaran. Saya tanya ke beberapa rekan kerja laki-laki di kantor dan di mitra (beda kantor, beda lembaga). Tapi tidak ada yang tau nomor tersebut. Saya bingung, siapakah istri yang cemburu dengan saya.

Tiba-tiba ada sms :

Ko jangan ngadu-ngadu manja badaki kaskado!

Ceritalah saya ke teman kantor tentang sms ini. Dia bilang, itu orang di Papua biasa maki dengan kalimat seperti itu. Lalu siapakah dia?

Demi Tuhan, saya di Papua pure untuk bekerja dan mendapatkan pengalaman, bukan untuk cari pacar apalagi ganggu suami orang. Jujur saya sedih, sakit sekali. Sampai pada titik saya tidak bisa memendam lagi, saya cerita ke Ibu saya. Ibu bilang, “sabar, ini ujian untukmu”. Saya pun curhat ke Allah. Saya bangun tengah malam khusus menelpon Allah. Saya ceritakan semuanya ke Allah. Air mata tak tertahan. Mengalir deras bak hujan badai di samudera.

Sabar, sabar, dan tetap tenang.

Kemudian seorang teman menyarankan saya untuk mem block no telpon orang tersebut. Ok! Saya block lah no nya.

Alhamdulillah no tersebut tidak pernah lagi menghubungi saya. Kini, saya bisa agak lebih tenang menjalani hidup di Papua meskipun saya tetap harus waspada dimanapun saya berada. Tapi saya percaya, Tuhan pasti akan selalu melindungi dan menyelamatkan saya. I just need to believe.

Percayalah, Tuhan bersamamu Put.

Semua akan pindah pada waktunya

Hari ini, Rabu 3 Januari 2018 adalah hari perpisahan (lagi).

Beberapa kali ke Bandara hanya untuk mengantar dan mengucapkan “Sampai jumpa lagi”. Melepaskan teman-teman untuk terbang ke tempat yang lebih baik.

Tenang Put, semua akan pindah pada waktunya!

Satu per satu teman-teman saya di Jayapura pergi meninggalkan kota ini. Mereka pindah tempat bekerja. Ada juga yang resign dan kembali ke kota asalnya.

Siapa sajakah mereka?

Bang Joel Tukan, pindah ke kantor Surabaya

Dwi Uli, resign dan kembali ke Jakarta

Dwi Jarot, pindah ke Bandung

Dokter Mahendra, kembali ke Jogja

Novan, pindah ke kantor Lombok

Apapun alasan mereka pindah dari Papua, saya yakin mereka akan mendapatkan tempat yang lebih baik.

Bagaimana denganmu Put?

Saya pun menunggu waktu menjemput. Membawa saya terbang. Pindah dari Papua. Saya berserah diri padaNya, kemana DIA akan membawa saya lagi. Entah ke tanah Jawa atau tanah lainnya yang lebih baik, aman, dan nyaman.

Sampai bertemu 😇